Ibu saya termasuk generasi baby boomers (1954), sementara saya milenial pertengahan (1991).

Cukup jauh jarak usia kami, karena saya anak terakhir dari lima bersaudara. Sehingga waktu saya SD, ibu saya yang segenerasi Widyawati tampak paling tua dibanding ibu teman-teman saya yang segenerasi Sophia Latjuba.

Sebagai anak bungsu, saya sadar dulu semasa kecil paling dimaklum, dimanja, bahkan sampai sekarang punya anak pun, saya kerap dianggap masih anak kecil.

Kini ibu saya tinggal sendiri di rumah.

Meski terkadang sering ngedumel saat melakukannya, saya masih berusaha membantu apa yang bisa saya bantu untuknya, sebisa-bisanya.

Kalo tidak bisa bilang sayang apalagi tidak punya banyak uang, cukuplah lakukan melalui wujud perbuatan. Ya, generasi kami, sepertinya terlalu aneh untuk saling mengucapkan "Aku sayang Ibu" atau "Ibu juga sayang sama Cepy" atau ungkapan perasaan serupa lain satu sama lain.

Sesuai zamannya yang keras dan terjal secara ekonomi di 70-90an akhir, love language generasi kami lebih fokus ke perbuatan, selayaknya dilakukan asian parents 80-90an lainnya.

Namun demikian izinkan saya kali ini untuk mengucapkan: selamat hari ibu. Semoga sehat selalu.[]