Referensi musik saya cenderung itu-itu saja, mungkin bagi sebagian orang, saya adalah orang yang kudet, selera musiknya aneh, bahkan mungkin saya dikatakan tua lantaran lebih menyukai lagu-lagu jadul terutama 90an yang notabene tidak sesuai dengan preferensi ideal orang seumuran saya yang masih 20an akhir ini.

Seperti pernah saya tulis kemarin, saya biasa mendengarkan musik saat berjalan kaki dari parkiran ke kantor. Akhir-akhir ini, saya juga mulai suka memutar musik sepulang kerja di rumah pas anak dan istri udah tidur, tentu dengan volume suara yang sedang-sedang saja, gak sebrutal pas masih bujangan.

1. Humania - Kuasa

Lagu yang semula saya kira lagu rohani, tetapi ternyata semacam lagu refleksi, yang tiga tahun kemarin sempat saya ulas juga di blog ini. Membangkitkan kepasrahan sesungguhnya, bukan kepasrahan yang kerap didefinisikan sebagian besar orang sebagai keputusasaan.

Ayo dong Humania, bikin album baru lagi.

2. Naif - Rumah yang Yahud

Diksi "yahud" yang dipakai judul oleh band Naif aja udah bikin saya tertarik. Lirik lagunya pun bagus. Cukup literal namun ternyata dalem banget, mudah dicerna alias easy listening, dan tetap relevan untuk didengarkan sampai sekarang.

Rumah yang Yahud saya maknai sebagai metafor keluarga bahagia, yang menurut Abahnya Ara adalah harta yang paling berharga.

3. White Shoes & The Couples Company - Tam Tam Buku

Selain lagu-lagu ngetop macam Kisah dari Selatan Jakarta, Masa Remadja, dan Matahari, saya juga suka lagu White Shoes yang tergabung dalam album "Menyanyikan Lagu-Lagu Daerah" berjudul Tam-Tam Buku. Asyik dengernya, bikin mood cepet naik.

Dalam sebuah interview, Sari bilang Tam-Tam Buku punya beberapa versi, di antaranya versi Betawi dan Sunda. Lagu Tam-Tam Buku yang mereka bawakan adalah versi Betawi. Adapun versi Sundanya dulu semasa kecil saya sering mendengar kakek saya menyanyikannya ketika gerimis turun: Trang-Trang Kolentrang.

4. SCALLER - The Youth

Lagu ini lebih cepet lagi bikin mood yang awalnya hancur setelah berangkat kerja kesiangan lantaran jalanan gak biasanya macet total.

Judul lagunya cukup merepresentasikan lirik dan nada The Youth ini. Muda, energik, ada unsur urakan-urakannya yang lumayan menggelitik, dan tentu saja berkelas!

5. Payung Teduh - Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan

Cocok diputar manakala kepala sedang penuh sama gejala-gejala duniawi semacam perjuangan menabung buat kelak beli rumah, repotnya ngurus administrasi kependudukan, hingga rebutan parkiran sama tetangga.

Sebab bukankah senyawa cinta itu dilungsurkan langsung dari taman surga?

6. The Groove - Dahulu

Masa-masa dahulu memang selalu indah kalau dikenang saat ini. Padahal belum tentu juga kita bersedia andai kita disuruh pergi kembali ke masa lalu sebab malahan mungkin lebih banyak mengandung kepahitan ketimbang kebahagiaan.

Sebab otak gemar menyimpan perasaan menyenangkan dari indahnya masa kecil, masa-masa perjuangan bekerja pada usia belasan tahun, dan otak semacam memblurkan setumpuk penderitaan yang hadir pada masa itu.

The Groove sukses mengelaborasi masa lalu menjadi sebuah lagu yang relevan didengarkan sampai kapan pun.

7. Padi - Tempat Terakhir

Tempat Terakhir menurut saya adalah lagu paling romantis sepanjang masa. Gimana gak romantis, liriknya aja bilang: meskipun aku di surga mungkin aku tak bahagia, bahagiaku tak sempurna jika itu tanpamu.

Lagi-lagi menurut saya, Tempat Terakhir merupakan puncak pencapaian karya di antara lagu-lagu yang band Padi ciptakan. Setelah itu, Padi bagai kesulitan untuk menganggit lagu baru yang setidaknya menyamai kedalaman lagu-lagu yang pernah mereka ciptakan sebelumnya, terutama Tempat Terakhir.

8. Kunto Aji - Akhir Bulan

Ini lagu kebangsaan saya kala menginjak tanggal 17an setiap bulannya.

Memang, sebagai buruh pabrik, mau tidak mau saya mesti menerima kenyataan bahwa kedatangan akhir bulan jauh lebih lama untuk ditunggu ketimbang laju berlalunya akhir pekan.

9. Kla Project - Terpurukku di Sini

Lagu tentang susah move on yang entah kenapa, indah sekali untuk didengarkan.

Katon, Lilo dan Adi seperti tengah menghadirkan fragmen-fragmen peristiwa secara runut dalam medium musik, yang memaksa pendengar tetap khidmat mendengarkannya.

10. Dian Pramana Putra - Biru

Biru dari Dian Pramana Putra pun merupakan lagu romantis yang kadar romantisnya gak dibuat-buat. Apa adanya, mengalir, bikin hati menghangat, kemudian dipungkas sempurna dengan: ku ingin selalu dekat kekasihku.[]