Investasi masa muda bagi saya adalah mencoba melakukan hal-hal baru yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya, bahkan sangat jauh dari lingkar hidup saya yang sempit di ranah engineering.

Maklum, dulu saya anak STM yang alumni jurusannya banyak yang goals hidupnya untuk kerja di kilang minyak dengan gaji yang gede banget bagi ukuran kami. Singkat cerita saya dikuliahin Teknik sama sebuah perusahaan. Ya, teknik lagi teknik lagi.

Sehingga, kalau saya tidak membuka pikiran ke luar dan bergaul dengan banyak orang dari berbagai latar belakang, pasti saya gitu-gitu aja. Wong saya kuper, kuuleun, lebih suka di rumah main PES sendirian karena kalo kalah pasti dibully, dan untungnya pelarian saya hanyalah buku, bukan candu. Bukan menitipkan harapan dengan cara invest saham di Jouska.

Di masa-masa kuliah itu, saya sering melakukan hal-hal tanpa dibayar. Dan mengikuti acara, pelatihan, seminar, yang tidak memungut bayaran. Menyenangkan sekali masa-masa itu, meskipun bokek dan kalo lagi kepepet, ya terpaksa buka tabungan sisa bekerja dulu.

Kalaupun kebetulan dibayar, ya nilainya tidak sefantastis harta Atta Halilintar. Tahu sendiri kan betapa minimnya honor menulis cerpen ketika dimuat di media cetak. Padahal bikinnya lama, belum risetnya, ditolaknya berkali-kali, dan baru dimuat enam bulan kemudian oleh redaksi, setelah saya menulis dan mengirim belasan judul cerpen.

Sudah 2 biji laptop yang kini sudah almarhum usai perjuangan masa-masa itu. Rusak gara-gara penasaran ngoprek Linux Ubuntu, dan maksain spek hardware cupu untuk software desain grafis hingga software CFD yang Masya Allah super berat untuk praktik Mekanika Fluida.

Saya juga sering merusak socket RJ45 milik kakak ipar saya sebab sepanjang hari menggunakan fasilitas internet di rumahnya. Logo 44, 45 dan desain New ID Card di perusahaan tempat saya bekerja dulu, saya persembahkan untuk kakak ipar saya @deedan_agoest yang sudah bekerja di sana lebih dari 20 tahun. Tanpanya, jalan hidup ini takkan seterang sekarang.

Ingin sekali rasanya saya kembali ke masa-masa saya berusia 20an tahun, menghampiri diri saya yang sangat kepala batu waktu itu, sekadar untuk mengucapkan: terima kasih.[]