Mempertanyakan Kembali Esensi Minimalis
Cat tembok luar dan dalam rumah masih bagus diganti putih semua. Minimalism, katanya.
Laptop berperforma masih fine-fine aja buat dipake kerja, diganti MacBook keluaran terbaru. Tentu pake cicilan 0%. Minimalism, katanya, wajib pake produk Apple yang mendukung produktivitas, kreativitas, dan tentu saja estetik.
Udah ada lemari baju segede gaban, gak dipake. Minimalism, katanya, gak boleh pake lemari. Beli seabreg container baru yang gak murah, untuk menggantikan fungsi lemari yang masih bisa dipake.
Toples bekas Khong Guan masih bisa dipake buat naruh kerupuk, keripik, hingga beras, kini diganti toples-toples kecil estetik. Minimalism, katanya, harus pake toples yang warnanya senada dengan warna cat tembok, desain estetik, dan mahal.
Tunggu dulu, saya pikir, hidup minimalis itu hidup apa adanya, tanpa pretensi, cukup dengan mengoptimalkan apa yang sudah ada tanpa harus mengeluarkan resources lagi.
Bukankah begitu ya esensi dari minimalism?
Jadi, yang orang-orang lakukan itu apa dong? Hidup minimalis atau gaya hidup maksimalis?[]
0 Komentar
Rayakan spirit demokrasi, mari berdiskusi!